Postingan

Hikayat Sang Pemimpi

Dahulu impian begitu nyata Terlukis megah dalam lembaran harianku Doa dan usaha yang kupunya Namun Berkobar sudah asaku Berjanji mengukir rona sukacita milik Bundaku Kelam Bola-bola mengkilat khas sang rubah bermuka dua Busa busa cacian sarkasme Tajuk penipu ulung Sungguh mewarnai harianku Lalu ? Apa beta hilang asa ? Ahh tidak tentunya Amukan badai kehidupan pun akan kuterjang demi Bundaku tentunya Hingga tiba-tiba selaksa peristiwa hadir memaku ragaku dan membuat asaku terhuyung Memudar sudah asaku Tersisa sesal lalu tangis kupikir hendak seperti apa alurku tanpa Ridho-Mu Pupus sudah asaku Begitulah Purbawisesa Tuhan. Nav.